Sunday, September 9, 2018

Tantangan Pertama Bekerja di Divisi RND (Research and Development)

Haaiiii..

My first story..

Aku mau menuliskan pengalamanku saat ini. Mungkin siapa tau pengalamanku ini bisa menjadi sebuah gambaran bagi para peneliti yang lebih muda dariku maupun gambaran flashback bagi senior diatasku.

Untuk catatan pertamaku ini, aku mau menceritakan tentang keseharian pekerjaanku sebagai seorang PIC di divisi RND.

Saat aku menulis catatan ini (8/9/2018) aku masih berumur 20 tahun, dan tingkatan sekolahku masih berlevel SMK.

Saat ini saya bekerja di divisi Research and Development sebuah industri adhesive. Sebuah pencapaian yang mengesankan bagi seorang lulusan baru dengan title SMK dipercaya menjadi bagian sebuah divisi penelitian bagi perusahaan.

Nggak tanggung-tanggung, pertama kali bekerja aku sudah diberikan sebuah perjanjian yang berisi pasal yang bertuliskan jika aku membocorkan formula produk maupun rahasia-rahasia perusahaan lainnya, aku bisa didenda 400 juta...

Bukti seberapa berharganya pengalaman bagi seorang RND. Dia tahu tentang apa yang terjadi di dalam jantung perusahaan.

Pekerjaan harianku adalah melaksanakan Trial formulasi yang diberikan atasanku.
Jadi tiap pagi aku diberikan selembar kertas bertuliskan formula/komposisi sebuah produk. Kemudian dari formulasi tersebut menjadi panduanku untuk membuat sebuah produk.

Dalam melaksanakan trial tidak terlalu susah. Yang dilakukan cuma melakukan penimbangan bahan-bahan yang digunakan. Kemudian bahan yang sudah ditimbang ditempatkan dalam mesin pengaduk, diaduk hingga semua bahan tercampur menjadi satu. Dalam sekali trial ini membutuhkan waktu yang lumayan lama, sekitar 2,5 jam.

Setelah produk jadi, langsung saja lanjut ke pengujian. Ada 8 parameter pengujian dan kadang-kadang lebih. Dari hasil pengujian dilihat apakah sudah masuk kedalam spesifikasi ataukah belum. Tinggal laporan ke Headsectionnya tantang hasil trial, biar Headsectionnya yang menyetel bahan yang bisa membuat formulasi menjadi lebih bagus dan menghasilkan produk yang lebih bagus lagi tentunya.

Menarik sekali..

Sekarang dimana kesulitannya?

Sebenarnya tidak sulit, secara gambaran besar pekerjaannya terlihat mudah. Dapat formulasi, kerjakan trial, kerjakan pengujian, laporkan hasil dari pekerjaan. Tidaklah sulit.

Waktu untuk trial minimal 2,5 jam, waktu untuk pengujian sekitar 2 jam. 4,5 jam sekali trial. Tapi bagaimana jika aku salah melakukan penimbangan bahan? Atau melakukan kesalahan misalnya campuran bahan dalam trial tidak larut atau bahkan salah memasukkan bahan?

Inilah kesulitannya.. sejak pertama bekerja, aku tidak diajari cara agar tidak salah ini itu, jadi jika pertanyaannya bagaimana jika melakukan kesalahan, jawaban orang sana ya jangan sampai salah lakukan lebih teliti.

Begini teman2, aku di RND itu bekerja  di bawah tekanan, dikejar waktu, dimarahin orang-orang dari divisi lain, dll. Namun ketelitian itu termasuk pekerjaan yang membutuhkan waktu, dan jika terjadi tekanan seperti itu, meski sudah dicoba lebih teliti namun tetap saja ketelitian pasti akan tetap menurun.

Pengalaman...  Ada permintaan untuk membuat trial dengan tambahan disuruh membuat dengan 2 kali lipat jumlah yang tertulis. Jadi semua jumlah bahan yang ada dalam formulasi aku kalikan 2. sayangnya karena waktu itu banyak sekali jumlah trial yang harus dikerjakan dan di deadline sangat singkat, aku harus cepat-cepat dalam melakukan penimbangan. Seperti yang aku sebutkan tadi, ketelitian membutuhkan waktu. Jika tidak, pasti ketelitian akan menurun.

Ceritanya setelah trial jadi, aku baru menyadari bahwa aku melakukan kesalahan penimbangan. Tertulis di formulasi jumlah bahan yang ditimbang adalah 14,4 gram, karena dikalikan 2 yang seharusnya 28,8 gram malah aku timbang cuma 24.4 gram? Sayangnya aku menyadari hal tersebut setelah trial jadi. Berarti selama 2,5 aku bekerja tanpa HASIL.

Disitulah kesulitannya, sebenarnya dalam divisi RND yang di develop bukan cuma formulasi produk saja, namun juga efektivitas dan efisiensi kerja. Mindsetnya orang RND adalah “Bagaimana caranya agar apa yang ada menjadi lebih baik”. Jadi jika ada kemungkinan kesalahan dalam trial yang dapat mengakibatkan terbuangnya waktu yaa harus diperbaiki.

Setelah keselahan penimbangan tersebut aku mulai mencari cara agar ketika semua bahan telah ditimbang, aku dapat mengetahui apakah aku sudah melakukan penimbangan dengan benar ataukah tidak.
Sebenarnya simpel, hanya sekedar menciptakan indikator-indikator sederhana.

Contoh:
Dalam penimbangan bahan yang aku lakukan, semua bahan sudah diklasifikasikan dalam beberapa jenis bahan. Contohnya bahan pelarut terdiri dari 5 jenis bahan yang berbeda, dengan jumlah gram dari setiap bahan berbeda pula.

Misalkan:
Bahan A 2 gram; B 4,5 gram; C 4.5 gram; C 3,2 gram; D 8,6 gram; dan E 7,8

Berarti jumlah keseluruhan bahan pelarut adalah 30 gram.

Kebetulan karena berpegang teguh pada efektifitas dan efisiensi antara waktu dan jumlah wadah yang tersedia, maka dalam penimbangan hanya dilakukan menggunakan satu wadah. Jadi setelah menimbang bahan A  timbangan langsung di Autozero kemudian dilanjutkan bahan lain sampai bahan E.

Setelah semua bahan telah ditimbang waktunya untuk melihat indikator kesalahannya.

Seperti ini, jumlah keseluruhan bahan dari A sampai E yang ditimbang adalah 30 gram. Misalkan saat itu saya menggunakan wadah yang memiliki berat 100 gram BERARTI jumlah timbangan akhir antara bahan dan wadah adalah 130 gram. Jika ternyata kurang, misalkan yang tertera Cuma 128,5 gram berarti telah terjadi kesalahan penimbangan. Dan jika hal itu terjadi, tinggal diingat-ingat lagi apa yang kurang kemudian bisa langsung ditambah kedalam wadah.

Jadi karena indikator sederhana itu, aku bisa mendeteksi kesalahan penimbangan dan memperbaikinya sebelum trial dijalankan.

Hal yang aku lakukan tersebut adalah hal yang memang sederhana, tapi jika dilakukan dapat membuat perubahan dalam hal kesalahan penimbangan.

Karena jika dalam penimbangan saja sudah salah, maka seluruh hasil pengujian juga tidak berarti, dan bahkan terkesan hasil pengujian menjadi aneh.

Aku pernah mengalami kejadian seperti ini..

Di dalam formulasi ada penambahan sebuah zat yang menurut literatur/jurnal dapat membuat titik leleh produk menjadi semakin tinggi.

Kemudian setelah di trial dan lanjut pengujian ternyata tidak terjadi perubahan kenaikan titik didih produk tersebut, malah terkesan memperburuk hasil pengujian yang lainnya yang sebelumnya bagus malah menurun.
Jika hal ini terjadi, maka pertanyaan pertama yang diajukan atasanku adalah : KAMU NGGAK SALAH NIMBANG KAN??,  

Jika pertanyaan tersebut ditanyakan, untuk saat ini saya bisa menjawabnya dengan:

“ Saya yakin tidak melakukan kesalahan penimbangan karena saya telah mengikuti prosedur dan mencermati setiap indikator-indikator kesalahan yang ada. Hal ini bisa saja terjadi karena.. bla bla bla...(biasanya aku isi dengan analisa berdasarkan pengetahuan dan pengamatanku atas apa saja yang terjadi selama trial)..... Tapi saya bisa mengulangi trial tersebut jika ibu mau.”

Itulah tantangan pertama saat bekerja di divisi RND. Saya belajar bahwa banyak sekali permasalahan dalam pekerjaan kita. Bukannya menjadi sebuah alasan untuk resign, namun setiap kesalahan maupun kekurangan yang ada malah menjadi alasanku untuk untuk tetap bertahan dalam perusahaan tersebut. Karena memang ketika kita punya suatu masalah, jika kita bisa mengatasinya maka hal tersebut akan membuat kemampuan kita akan berkembang menjadi lebih baik lagi.

“Kita tumbuh karena kita berjuang, Kita belajar, Lalu mengatasinya.” – R. C. Allen.



Saturday, September 1, 2018

Tentang Penulis


Tentang Penulis




Dulu, saya punya cita-cita untuk menjadi seorang peneliti, atau mungkin bisa dibilang profesor. Karena..mungkin hanya sekadar biar bisa dibilang keren,, hahahaa. Tapi sejujurnya alasan saya untuk menjadi seoran peneliti karena terinspirasi oleh Thomas Alfa Edison, dan saya ingin menjadi seperti beliau.

Namun sayangnya, ketika SMP saya tidak suka pelajaran fisika, apalagi kimia, untunglah sewaktu SMP hanya sedikit sekali hal yang diajarkan dalam pelajaran kimia. Yaa hanya sebatas pelajaran tentang Asam Basa Garam lengkap dengan kertas lakmus. Sehingga tidak memperburuk rata-rata nilai raport, cukuplah fisika saja yang nilainya rusak.

Setelah lulus SMP saya mendapatkan nilai UNAS yang lumayan, rata-rata sembilan koma, bisa dibilang saya bebas mau pergi ke sekolah mana saja.

Saat itu (2013), saya punya keinginan untuk masuk SMK pada jurusan Gambar Bangunan,  namun dilarang karena alasan orang tua takut misalkan saya tidak bisa bersaing di jurusan Gambar Bangunan, membuat saya malah kerja jadi kuli?? Yaa mungkin saat itu saya masih belum menunjukkan bakat saya, jadi orang tua saya 
sedikit khawatir dengan masa depan saya.

Setelah muter-muter nyari referensi, akhirnya saya menemukan jurusan di sebuah sekolah, sekolah yang cukup terkenal di Surabaya. STM Pembangunan Surabaya / Stemba, dan sekarang sudah berganti nama menjadi SMK Negeri 5 Surabaya. Disana ada 2 jurusan Kimia, Kimia Analisis dan Kimia Industri. Bedanya (menurut saya) Kimia Analisis lebih mengarah bekerja di dalam Laboratorium sedangkan Kimia Industri sedikit mengarah ke lapangan produksi.

Tepat di bulan juli tahun 2013 saya memilih untuk mendaftar di kompetensi Kimia Analisis. Saya memilih Kimia Analisis agar saya lebih fokus dalam mengejar cita-cita saya untuk menjadi seorang peneliti / researcher. Itu sebabnya saya lebih fokus mengambil jurusan yang mana pekerjaannya terfokus di dalam Laboratorium.

Setelah 4 tahun sekolah, lulus sebagai lulusan SMK Kimia. Saya mulai menyadari bahwa saya mulai dituntut untuk mandiri. Uang jajan sudah di Stop saat itu juga. Nggak ada anggaran lagi dari orang tua. Yang tersisa hanyalah sepeda motor pemberian orang tua untuk transportasi. Sekarang waktunya nyari kerja...

Saya sebenarnya tidak mengalami kesusahan yang berarti dalam melamar pekerjaan. Saya termasuk orang-orang yang lebih dulu mendapatkan pekerjaan.




Pekerjaan pertama saya, saya diterima bekerja di salah satu Instansi Pemerintah yaitu, Laboratorium Lingkungan, Laboratorium tersebut beroperasi sebagai lembaga penyedia jasa pengujian limbah industri. Disana saya bekerja sebagai Analis Laboratorium. Namun sayangnya saya tidak bertahan lama, saya hanya bekerja selama setahun disana. Dikarenakan gaji pokok yang terlalu rendah menurut saya.

Mulailah cari-cari lagi lowongan pekerjaan. Saya dapat kabar bahwa di sekolah ada informasi lowongan pekerjaan. Langsung saja kesana buat nyari pekerjaan yang setidaknya cocok untuk saya kerjakan.
Dari beberapa pekerjaan yang tersedia, saya dibuat kaget oleh sebuah perusahaan yang mencantumkan lowongan sebagai tenaga Analis Laboratorium RND dengan kualifikasi lulusan SMK. Karena dalam pasaran tenaga RND itu, mayoritas kualifikasi untuk minimal S1. Ternyata ada perusahaan yang mencari kualifikasi SMK. Yesss, ini mimpi saya untuk bergabung dengan para peneliti atau researcher di dalam sebuah perusahaan. Langsung saya kirimkan surat lamaran perkerjaan saya.

Sekitar 2-3 minggu datanglah panggilan untuk menghadiri interview. Sekitar 2 jam interview, saya bertemu 3 orang secara bergantian, HRD, Manager Teknik, dan Kepala Produksi. Saat interview, sekilas HRD-nya terlihat suka dengan jawaban-jawaban saya selama interview. Hal tersebut membuat keyakinan saya bertambah untuk berhasil diangkat bekerja pada bagian RND. Dan setalah interview disuruh pulang lagi, katanya akan diberikan informasi lebih lanjut dalam kurun waktu sekitar 2 minggu.

Namun ternyata, nggak sampai nunggu 2 minggu, Cuma sehari setelah interview saya sudah dipastikan diterima bekerja dan disuruh langsung bekerja di keesokan harinya.

Itulah sekilas perjalanan saya bisa mencapai sebuah pekerjaan yang saya impikan sebagai seorang peneliti dalam suatu perusahaan. Masih banyak pengalaman kerasnya jadi seorang RND yang ingin saya bagikan, sebagai seorang RND yang selama ini masih berjuang karena setiap hari tertekan oleh pekerjaan.
Semoga tulisan saya bisa memberi inspirasi dan semangat bagi para RND di luar sana bahwa kita berada di posisi yang sama.

Saya peneliti, dan saat tulisan ini di publish saya masih berumur 20 tahun.