Haaiiii..
My first story..
Aku mau
menuliskan pengalamanku saat ini. Mungkin siapa tau pengalamanku ini bisa
menjadi sebuah gambaran bagi para peneliti yang lebih muda dariku maupun gambaran
flashback bagi senior diatasku.
Untuk catatan pertamaku
ini, aku mau menceritakan tentang keseharian pekerjaanku sebagai seorang PIC di
divisi RND.
Saat aku menulis
catatan ini (8/9/2018) aku masih berumur 20 tahun, dan tingkatan sekolahku masih
berlevel SMK.
Saat ini saya
bekerja di divisi Research and Development sebuah industri adhesive. Sebuah
pencapaian yang mengesankan bagi seorang lulusan baru dengan title SMK
dipercaya menjadi bagian sebuah divisi penelitian bagi perusahaan.
Nggak
tanggung-tanggung, pertama kali bekerja aku sudah diberikan sebuah perjanjian
yang berisi pasal yang bertuliskan jika aku membocorkan formula produk maupun
rahasia-rahasia perusahaan lainnya, aku bisa didenda 400 juta...
Bukti seberapa
berharganya pengalaman bagi seorang RND. Dia tahu tentang apa yang terjadi di
dalam jantung perusahaan.
Pekerjaan
harianku adalah melaksanakan Trial formulasi yang diberikan atasanku.
Jadi tiap pagi
aku diberikan selembar kertas bertuliskan formula/komposisi sebuah produk.
Kemudian dari formulasi tersebut menjadi panduanku untuk membuat sebuah produk.
Dalam
melaksanakan trial tidak terlalu susah. Yang dilakukan cuma melakukan
penimbangan bahan-bahan yang digunakan. Kemudian bahan yang sudah ditimbang
ditempatkan dalam mesin pengaduk, diaduk hingga semua bahan tercampur menjadi
satu. Dalam sekali trial ini membutuhkan waktu yang lumayan lama, sekitar 2,5
jam.
Setelah produk
jadi, langsung saja lanjut ke pengujian. Ada 8 parameter pengujian dan
kadang-kadang lebih. Dari hasil pengujian dilihat apakah sudah masuk kedalam
spesifikasi ataukah belum. Tinggal laporan ke Headsectionnya tantang hasil
trial, biar Headsectionnya yang menyetel bahan yang bisa membuat formulasi
menjadi lebih bagus dan menghasilkan produk yang lebih bagus lagi tentunya.
Menarik sekali..
Sekarang dimana
kesulitannya?
Sebenarnya tidak
sulit, secara gambaran besar pekerjaannya terlihat mudah. Dapat formulasi,
kerjakan trial, kerjakan pengujian, laporkan hasil dari pekerjaan. Tidaklah
sulit.
Waktu untuk trial
minimal 2,5 jam, waktu untuk pengujian sekitar 2 jam. 4,5 jam sekali trial.
Tapi bagaimana jika aku salah melakukan penimbangan bahan? Atau melakukan
kesalahan misalnya campuran bahan dalam trial tidak larut atau bahkan salah
memasukkan bahan?
Inilah
kesulitannya.. sejak pertama bekerja, aku tidak diajari cara agar tidak salah
ini itu, jadi jika pertanyaannya bagaimana jika melakukan kesalahan, jawaban
orang sana ya jangan sampai salah lakukan lebih teliti.
Begini teman2,
aku di RND itu bekerja di bawah tekanan,
dikejar waktu, dimarahin orang-orang dari divisi lain, dll. Namun ketelitian
itu termasuk pekerjaan yang membutuhkan waktu, dan jika terjadi tekanan seperti
itu, meski sudah dicoba lebih teliti namun tetap saja ketelitian pasti akan
tetap menurun.
Pengalaman... Ada permintaan untuk membuat trial dengan
tambahan disuruh membuat dengan 2 kali lipat jumlah yang tertulis. Jadi semua
jumlah bahan yang ada dalam formulasi aku kalikan 2. sayangnya karena waktu itu
banyak sekali jumlah trial yang harus dikerjakan dan di deadline sangat
singkat, aku harus cepat-cepat dalam melakukan penimbangan. Seperti yang aku
sebutkan tadi, ketelitian membutuhkan waktu. Jika tidak, pasti ketelitian akan
menurun.
Ceritanya setelah
trial jadi, aku baru menyadari bahwa aku melakukan kesalahan penimbangan.
Tertulis di formulasi jumlah bahan yang ditimbang adalah 14,4 gram, karena
dikalikan 2 yang seharusnya 28,8 gram malah aku timbang cuma 24.4 gram?
Sayangnya aku menyadari hal tersebut setelah trial jadi. Berarti selama 2,5 aku
bekerja tanpa HASIL.
Disitulah kesulitannya,
sebenarnya dalam divisi RND yang di develop bukan cuma formulasi produk saja,
namun juga efektivitas dan efisiensi kerja. Mindsetnya orang RND adalah “Bagaimana
caranya agar apa yang ada menjadi lebih baik”. Jadi jika ada kemungkinan
kesalahan dalam trial yang dapat mengakibatkan terbuangnya waktu yaa harus
diperbaiki.
Setelah keselahan
penimbangan tersebut aku mulai mencari cara agar ketika semua bahan telah
ditimbang, aku dapat mengetahui apakah aku sudah melakukan penimbangan dengan
benar ataukah tidak.
Sebenarnya simpel,
hanya sekedar menciptakan indikator-indikator sederhana.
Contoh:
Dalam penimbangan
bahan yang aku lakukan, semua bahan sudah diklasifikasikan dalam beberapa jenis
bahan. Contohnya bahan pelarut terdiri dari 5 jenis bahan yang berbeda, dengan
jumlah gram dari setiap bahan berbeda pula.
Misalkan:
Bahan A 2 gram; B
4,5 gram; C 4.5 gram; C 3,2 gram; D 8,6 gram; dan E 7,8
Berarti jumlah
keseluruhan bahan pelarut adalah 30 gram.
Kebetulan karena
berpegang teguh pada efektifitas dan efisiensi antara waktu dan jumlah wadah yang
tersedia, maka dalam penimbangan hanya dilakukan menggunakan satu wadah. Jadi setelah
menimbang bahan A timbangan langsung di
Autozero kemudian dilanjutkan bahan lain sampai bahan E.
Setelah semua
bahan telah ditimbang waktunya untuk melihat indikator kesalahannya.
Seperti ini,
jumlah keseluruhan bahan dari A sampai E yang ditimbang adalah 30 gram. Misalkan
saat itu saya menggunakan wadah yang memiliki berat 100 gram BERARTI jumlah
timbangan akhir antara bahan dan wadah adalah 130 gram. Jika ternyata kurang,
misalkan yang tertera Cuma 128,5 gram berarti telah terjadi kesalahan
penimbangan. Dan jika hal itu terjadi, tinggal diingat-ingat lagi apa yang
kurang kemudian bisa langsung ditambah kedalam wadah.
Jadi karena
indikator sederhana itu, aku bisa mendeteksi kesalahan penimbangan dan
memperbaikinya sebelum trial dijalankan.
Hal yang aku
lakukan tersebut adalah hal yang memang sederhana, tapi jika dilakukan dapat
membuat perubahan dalam hal kesalahan penimbangan.
Karena jika dalam
penimbangan saja sudah salah, maka seluruh hasil pengujian juga tidak berarti,
dan bahkan terkesan hasil pengujian menjadi aneh.
Aku pernah
mengalami kejadian seperti ini..
Di dalam
formulasi ada penambahan sebuah zat yang menurut literatur/jurnal dapat membuat
titik leleh produk menjadi semakin tinggi.
Kemudian setelah
di trial dan lanjut pengujian ternyata tidak terjadi perubahan kenaikan titik
didih produk tersebut, malah terkesan memperburuk hasil pengujian yang lainnya
yang sebelumnya bagus malah menurun.
Jika hal ini
terjadi, maka pertanyaan pertama yang diajukan atasanku adalah : KAMU NGGAK
SALAH NIMBANG KAN??,
Jika pertanyaan
tersebut ditanyakan, untuk saat ini saya bisa menjawabnya dengan:
“ Saya yakin
tidak melakukan kesalahan penimbangan karena saya telah mengikuti prosedur dan mencermati
setiap indikator-indikator kesalahan yang ada. Hal ini bisa saja terjadi
karena.. bla bla bla...(biasanya aku isi dengan analisa berdasarkan pengetahuan
dan pengamatanku atas apa saja yang terjadi selama trial)..... Tapi saya bisa mengulangi
trial tersebut jika ibu mau.”
Itulah tantangan
pertama saat bekerja di divisi RND. Saya belajar bahwa banyak sekali
permasalahan dalam pekerjaan kita. Bukannya menjadi sebuah alasan untuk resign,
namun setiap kesalahan maupun kekurangan yang ada malah menjadi alasanku untuk
untuk tetap bertahan dalam perusahaan tersebut. Karena memang ketika kita punya
suatu masalah, jika kita bisa mengatasinya maka hal tersebut akan membuat
kemampuan kita akan berkembang menjadi lebih baik lagi.
“Kita tumbuh
karena kita berjuang, Kita belajar, Lalu mengatasinya.” – R. C. Allen.